Halaman

Auror Indra Lesmana dan Anita Rachmawati Salawasna

Rabu, April 13, 2011

Hipnotis

Romi Rafael tengah menghipnotis orang dalam suatu acara.Banyak kalangan menganggap bahwa hypnosis atau hipnotisme berkaitan dengan unsur magic dan mistik. Tak heran, bila masyarakat merasa khawatir bila ada orang tidak dikenal tiba-tiba menyentuh atau bertegur sapa di satu tempat umum. Pasalnya, kejahatan dengan menggunakan ilmu hipnotis kian marak saja.

Tapi apakah kejahatan menjadi bagian dari hipnotis? Menurut Ananta, seorang instruktur hipnotis dari Mahesa Metaphisics Training and Development Center, motif kejahatan itu biasanya berhubungan dengan sirep, gendam, atau hanya menggunakan bahan kimia murni untuk membuat seseorang tidak sadarkan diri.

Semua hal di atas, kata dia, bukan bagian hipnotis. Lalu, apa sebenarnya hipnotis itu? Ilmu yang berasal dari bahasa Yunani, hipnose yang artinya tidur, menurut Ananta, adalah murni ilmu dan keterampilan yang bekerja berdasarkan logika."Jadi tidak ada kaitannya sama sekali dengan ilmu hitam," ungkapnya sembari menyeruput jus jeruk yang ada di hadapannya.

Hipnotis lebih mendekati unsur sugestif, yakni seni komunikasi yang berhubungan dengan kerja otak. Areal penyeleksian logika ikut dipersempit, bahkan menjadi pasif sehingga bantahan terhadap suatu pesan tak bisa terelakkan lagi.

Suyet, asal kata dari bahasa Prancis yakni orang yang dihipnosis, menurut Ananta, memang harus memiliki tiga unsur, yakni konsentrasi, imajinasi, dan koordinasi. Jika ketiga hal itu sudah didapat dengan mudahnya seseorang akan terhipnosis.

Ilmu ini tidak bisa melawan hukum alam yang sudah berlaku. Dia lantas mencontohkan bila suyet mampu telentang di antara dua buah bangku yang bagian tengahnya plong tanpa sandaran, adalah murni potensi atau kekuatan diri.

Bukan bantuan dari guru hipnotis atau pihak manapun. "Pada satu titik suyet itu akan jatuh dengan sendirinya, dan di sini terlihat kekuatan maksimalnya," ujarnya mencoba menjelaskan sedetail mungkin.

Tak heran, bila hipnosis tidak membatasi segmen manapun, bahkan menurut dia, pelatihan dasar di bawah bendera Mahesa ini yang bila diterjemahkan mengandung dua unsur kata, yakni Maha Esa itu dapat dipelajari siapapun, dari golongan manapun, baik tua hingga muda.

Tidak ada pantangan, seperti berpuasa, tidur malam yang diatur atau apapun jenisnya, ketika seseorang ingin mengamalkan hipnotis. Laki-laki yang sejak 1993 menekuni ilmu inipun mengatakan metode tersebut sudah ada sejak era 1950-an dan telah diakui di Negeri Paman Sam untuk kepentingan terapi.

Bahkan, bila diaplikasi lebih lanjut untuk mengetahui lingkup area sub-conscious atau bawah sadar, sebagai areal yang memiliki kemampuan untuk mengendalikan area conscious atau kesadaran normal, ilmu ini cukup efektif menjawab persoalan yang biasa dihadapi di dunia profesional.

Melancarkan rutinitasTak heran, jika pemahaman terhadap alam bawah sadar ini bila diaplikasi dapat melancarkan rutinitas pekerjaan. Misalnya untuk seorang marketer yang ingin meningkatkan potensi daya jualnya.

Tidak hanya itu hipnosis juga bermanfaat bagi pemimpin ataupun guru yang ingin mengadaptasikan ilmunya. Lewat proses belajar singkat dalam waktu satu hari melalu hipnosis dasar itu seorang pemimpin perusahaan, dapat dengan mudah mengiring dan mengatur mentalitas karyawan ke arah lebih baik.

Bahkan, hipnosis atau hipnotis juga baik dikembangkan untuk bidang lainnya yang berhubungan antarmanusia, antara lain personalia, public relations, dan periklanan. Tak heran, Leo, manager Mahesa, menjelaskan bila anggotanya yang hingga saat ini berjumlah sekitar 700 orang itu selalu dipadati dengan calon baru yang kerap memenuhi daftar tunggu tiap bulannya.

Walau pihaknya memberikan kunci dasar berikut teknik-teknik mengadaptasi hipnosis yang dipraktikkan langsung dengan demo yang diujicobakan, menurut dia, seseorang harus rajin mempraktikkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar