Halaman

Auror Indra Lesmana dan Anita Rachmawati Salawasna

Jumat, April 22, 2011

No Valentine !

Assalaamu^alaikum Wr. Wb.

Umat Islam tidak merayakan Valentine dan tidak diperbolehkan melakukannya. Terutama karena Valentine adalah budaya umat agama lain, yaitu umat Kristiani. Perayaan kebangsaan boleh diikuti, namun perayaan keagamaan selain Islam haram untuk ditiru. Ini adalah suatu kewajaran, dan tidak semestinya umat lain ^memaksa^ atau mengajak-ajak umat Islam untuk mengikuti mereka.

Islam tidak pernah mengajarkan umatnya untuk merayakan hari kasih sayang. Islam hanya memiliki dua hari raya, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha. Pada Idul Fitri, kita merayakannya untuk menunjukkan suka cita setelah melalui bulan Ramadhan dengan baik. Kita pun merayakan terjalinnya kembali hubungan baik dengan semua orang yang kita kenal, yaitu dengan tradisi saling berkunjung dan saling bermaaf-maafan. Kita menunjukkan ketaatan kita kepada Allah, kemerdekaan kita dari belenggu harta dengan memotong kurban untuk dibagi-bagikan kepada orang lain di hari Idul Adha. Kita mengenang ketaatan Nabi Ibrahim as. dan dengan suka cita mengikuti teladan agung darinya. Pada hari Idul Adha, tidak sepantasnya ada seorang Muslim yang merasa kelaparan.

Tahun baru Hijriyah bukanlah hari besar, demikian juga hari kelahiran Nabi Muhammad saw. bukanlah hari yang mesti dirayakan. Tradisi perayaan hari-hari selain Idul Fitri dan Idul Adha berasal dari budaya setempat, dan bukan suatu keharusan dalam ajaran Islam.

Hari raya umat Islam tidak dirayakan dengan sembarangan. Pada kedua hari raya tersebut, umat Islam tidak boleh merasa dirinya hidup sendirian, atau mengelompokkan dirinya sendiri dalam berbagai golongan. Setiap Muslim bersaudara, dan suasana tersebut harus dirasakan semua orang pada kedua hari raya tersebut.

Slogan ^kebersamaan^ pada hari raya Idul Fitri bukan omong kosong. Pada hari itu, kita saling bertukar ucapan "Taqabbalallaahu minnaa wa minkum" yang artinya "Semoga Allah menerima amal-amal dariku dan darimu". Kita tidak sekedar bersenang-senang dan bertukar kado, melainkan saling mendoakan. Kita pun tidak sekedar saling berkirim kartu ucapan, melainkan benar-benar pergi berkeliling untuk saling mengunjungi. Pada hari ini, ukhuwah bukan cuma slogan, namun benar-benar harus terwujud.

Pada hari raya Idul Adha, orang-orang yang berkecukupan menyembelih hewan-hewan (di Indonesia biasanya sapi dan kambing) lalu membagi-bagikannya pada orang-orang lain yang kurang berada. Pada hari itu, tidak boleh ada Muslim yang kelaparan. Semua harus merasakan lezatnya persaudaraan sesama Muslim. Setiap orang harus merasakan lezatnya ketaatan kepada Allah. Tidak seorang pun yang bisa menghindar dari kewajiban berkurban, jika ia mampu. Ia tidak diam menunggu saudara-saudaranya datang untuk mengemis rasa ibanya. Pada hari itu, orang-orang kaya dengan patuh menyembelih hewan-hewan kurban untuk dinikmati bersama.

Hari raya umat Islam bukan sembarang hari raya. Perayaan yang kita lakukan bukan sekedar slogan. Suka cita pada kedua hari raya tersebut bukan sekedar simbol.

Umat Islam tidak memerlukan hari khusus untuk merayakan kasih sayang. Tidaklah wajar bagi kita untuk mengkhususkan satu hari dalam setahun untuk kasih sayang, karena Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Tidak ada hari libur bagi kasih sayang Allah. Demikian pula bagi hamba-hamba-Nya, tidak ada hari tanpa kasih sayang. Tidak ada hari khusus untuk kasih sayang, karena seharusnya setiap hari diwarnai dengan kasih sayang.

Sungguh aneh jika umat Islam mengkhususkan satu hari dalam setahun untuk saling memberi hadiah. Rasulullah saw. sendiri sangat menganjurkan kebiasaan saling memberi hadiah di antara umatnya, namun beliau tidak pernah membuat suatu hari khusus untuk melakukannya. Kebiasaan tersebut harus dilakukan sesering mungkin, sesuai kemampuan dan kebutuhan, untuk melembutkan hati dan mempererat persaudaraan.

Sungguh suatu hal yang di luar kewajaran jika kita mengumbar kata-kata cinta pada satu hari khusus dalam setahun. Rasulullah saw. biasa berkata-kata lembut pada istri-istrinya dan mengatakan hal-hal yang membahagiakan para sahabatnya. Hal tersebut dilakukannya sepanjang tahun, tanpa ada hari libur. Rasulullah saw. pun tidak pelit dalam membagikan peluk dan ciumnya pada istri-istrinya, anak-anaknya, para sahabatnya, handai taulan, bahkan pada budak-budaknya sekali pun ia selalu bersikap baik. Beliau tidak membeda-bedakan manusia dari segi mana pun kecuali ketaqwaannya. Beliau adalah seorang yang penyayang, tanpa mempedulikan kalender.

Sungguh tidak wajar bagi umat Islam untuk memiliki hari kasih sayang, sementara mereka diwajibkan untuk berkasih sayang setiap hari sepanjang tahun.

Wassalaamu^alaikum Wr. Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar