Halaman

Auror Indra Lesmana dan Anita Rachmawati Salawasna

Rabu, April 13, 2011

MITOS NYI RORO KIDUL DAN HILANGNYA BUDAYA MARITIM

Mari kita belajar sejarah trutama yang terkait dengan mitos2 seputar negeri ini dan pulau jawa. Di bawah ini sebuah contoh dimana sebuah mitos telah "sukses" menghancurkan sebuah aspek strategis dari peradaban di jawa/indonesia.

Karena mitos pula bangsa ini sempat terjajah demikian lama. Semua ilmu2 macam2 tidak cukup berguna mengusir meriam2 asing. Ini konon akibat lemahnya budaya pemberdayaan rakyat/people empowerment.

Ini sekedar contoh dimana mitos telah menghancurkan peradaban.

sumber : http://hiuk.multiply.com/notes

Mitos nyi roro kidul sendiri konon dibuat oleh seorang pujangga sewaan panembahan senopati untuk melanggengkan kekuasaannya di mata rakyat. Dikabarkan bahwa nyi roro kidul ini sangat kuat dan telah ditaklukkan oleh panembahan senopati. Namun menurut analisis sejarah,hal itu semata-mata mitos yang disebarluaskan agar rakyat takut pada sang panembahan senopati.

Mitos2 serupa pernah juga disebarluaskan menyangkut mantan presiden RI, Soeharto. Diceritakan bahwa Soeharto adalah seorang pertapa ulung yang telah berkelanan menembus hutan rimba menemui berbagai guru2 kebatinan. Ini membuat rakyat atau siapapun tidak berani berkonfrontasi dengan dia. Mitosnya, aura kewibawaan dia sangat kuat berkat pertapaannya. Orang jadi tidk berani menatap matanya.

Seorang mantan dosen saya yang pernah jadi menteri ternyata merasa bahwa berkonfrontasi dengan sang Raja besar itu sama aja seperti dengan yang lain. Tidak ada kharisma apa-apa. Intinya, pesan dari cerita itu, mitos bisa sangat mempengaruhi cara pandang kita, pilihan tindakan kita dan bagaimana kita menilai orang lain.

Karenanya...apakah kita masih mau terjebak mitos tanpa mencoba mempelajari ada kepentingan politik dan budaya apa di baliknya...??

Ini baru tipu daya orang yang bisa kita lihat. Gimana dengan yang gak bisa kita lihat, setan dalam bentuk jin?


__________________________________________________________

Rendra: Orang Jawa Bertanggungjawab Melunturnya Budaya Maritim


Di mata budayawan dan sastrawan, Rendra (69), Orang Jawa lah yang bertanggung jawab atas melunturnya budaya maritim di Indonesia. Loh kok bisa? "Mitos mengenai Nyi Roro Kidul yang dimulai pada masa Mataram II, saat Penembahan Senopati berkuasa yang membuat sebagian orang Jawa takut ke laut," kata Rendra di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Kamis.

Mitos inilah yang membuat sebagian orang takut untuk melaut. Untuk mengikis mitos itu, Rendra pun bercerita jika dirinya pernah menghadap Sultan Yogyakarta, dan meminta agar dikeluarkan pernyataan, bahwa Nyi Roro Kidul sudah tidak berbahaya dan masyarakat Jawa dapat melaut dengan aman.

Dalam seminar mengenai "Merebut Masa Depan Maritim Kita" yang diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta dan Yayasan Pendidikan Maritim Indonesia, pria kelahiran Solo, 7 November 1935, itu terlihat lancar bercerita mengenai asal mula kerajaan-kerajaan di Jawa kehilangan kekuasaan atas pelabuhan dan laut di sekitar pulau itu.

"Senopati yang memerintah dengan pusat segala kekuasaan dunia akhirat pada dirinya sendiri membuat masyarakat kehilangan potensi diri dan sumber daya yang lemah itu membuat mereka mudah dikuasai oleh Portugis dan Belanda," katanya bersemangat.

Seniman yang memiliki nama lengkap Willibrordus Suredra Broto itu mendapatkan data-data tersebut dari penelusuran naskah-naskah lama baik itu di Cina, Inggris maupun Portugis.

"Kalau mempelajari sejarah jangan hanya melalui arsip yang ada di Belanda. Masih banyak data lainnya dalam dokumen Cina dan Portugis. Inggris juga menyimpan banyak naskah zaman Demak. Belum lagi naskah-naskah kuno seperti yang ada di Bugis, Batak, Bali," katanya seusai acara seminar yang dihadiri oleh pengamat politik, ekonomi, hingga akademisi kelautan itu.

Rendra telah mengangkat masalah maritim ini sejak tahun 1996, saat ia memberikan pidato kebudayaan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta. Penulis puisi tersebut mengemukakan pula, sedang menyiapkan karya bertema ketatanegaraan yang disiapkan pula seminarnya di berbagai daerah, seperti di Surabaya, Solo, Palembang, Riau, Bangka, Palembang, dan Samarinda.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar